Laman

Selasa, 14 Februari 2012

Pencegahan Infeksi


Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan :

  1. Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur).
  2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (hepatitis dan HIV/AIDS).

Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV di tempat kerjanya melalui :
  1. Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut atau melalui diskontinuitas permukaan kulit (luka atau lecet kecil).
  2. Luka tusuk akibat jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya, baik saat prosedur dilakukan atau saat memproses peralatan.

Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :
 1. Asepsis atau teknik aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga tingkat aman. 
2. Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya. 
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
 
4. Mencuci dan membilas 
Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran) dari kulit atau instrumen. 
5. Disinfeksi
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen. 
6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara merebus atau cara kimiawi. 
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrumen.

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :
1. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa
gejala).
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan
telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus
dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan
proses pencegahan infeksi secara benar.
4. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga
sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi
yang benar dan konsisten.

Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan asepsis atau teknik aseptik
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara
benar.

Persalinan dan kelahiran bayi bisa terjadi di luar institusi, baik di rumah, klinik bersalin swasta, polindes, atau puskesmas. Jika proses ini berlangsung di rumah, hati-hati agar benda-benda yang terkontaminasi tidak menyentuh daerah yang telah dibersihkan dan disiapkan untuk suatu prosedur.

CUCI TANGAN

Cuci tangan harus dilakukan :
  • Segera setelah tiba di tempat kerja.
  • Sebelum dan sesudah kontak fisik langsung dengan ibu dan bayi baru lahir.
  • Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril.
  • Setelah melepaskan sarung tangan (sarung tangan yang berlubang atau robek dapat berkontaminasi dengan tangan).
  • Setelah menyentuh benda yang mungkin terkkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput lendir (mukosa), misalnya mata, hidung, mulut, dan vagina meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan.
  • Setelah ke kamar mandi.
  • Sebelum pulang kerja.

Untuk mencuci tangan :
  • Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelanngan tangan.
  • Basahi tangan dengan air bersih yang menggalir.
  • Gosok kedua tangan dengan kuat, gunakan ssabun biasa atau sabun cair yang mengandung anti mikroba selama 15-30 detik (pastikan menggosok sela-sela jari). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
  • Bilas tangan dengan air bersih yang mengaalir.
  • Biarkan tangan kering dengan cara dianginn-anginkan atau keringkan dengan kertas tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Pedoman saat mencuci tangan mengingat mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang lembab atau air yang tidak mengalir :
  1. Bila menggunakan sabun padat (misalkan sabun batangan), gunakan dalam potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah yang berlubang-lubang untuk mencegah air menggenangi sabun tersebut.
  2. Jangan mencuci tangan dengan cara mencelupkan tangan ke dalam wadah air meskipun air tersebut sudah ditambahkan larutan antiseptik. Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam larutan tersebut.
  3. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering. Jangan menggunakan handuk yang juga digunakan orang lain. Handuk basah / lembab merupakan tempat yang baik buat mikroorganisme berkembang baik.
  4. Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan, kumpulkan air di baskom lalu buang ke saluran limbah atau jamban di kamar mandi.
Apabila persalinan dan kelahiran bayi terjadi di rumah maka pastikan bahwa teman dan anggota keluarga mencuci tangan mereka.



Sumber :

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal.
Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002                                         
Darmadi,2008 Infeksi Nasokomial,Salemba Medika,Jakarta

MDGs (Management Development Goals)


Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun 2015, merupakan tantangan tantangan utama dalam pembangunan diseluruh dunia.

Tantangan-tantangan ini sendiri diambil dari seluruh tindakan dan target yang dijabarkan dalam Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000.

Pada September 2000, Pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan 189 negara lain, berkumpul untuk menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York dan menandatangani Deklarasi Milenium. Deklarasi berisi sebagai komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.

Sasaran

Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua negara:
1. Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim
Target untuk 2015: Mengurangi setengah dari penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari 1 dolar AS sehari dan mengalami kelaparan.
 
2. Pemerataan pendidikan dasar
Target untuk 2015: Memastikan bahwa setiap anak , baik laki-laki dan perempuan mendapatkan dan menyelesaikan tahap pendidikan dasar.
 
3.Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan 
Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015.
 
4. Mengurangi tingkat kematian anak
Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun
 
5. Meningkatkan kesehatan ibu
Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan
 
6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
Target untuk 2015: Menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.
7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup
 
Target:
  • Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan
  • Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat
  • Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh
 
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Target:
  • Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional.
  •  Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.
  • Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara berkembang.
  • Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.
  • Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda
  • Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang
  • Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Sasaran Pembangunan Milenium Indonesia

Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian diharapkan membuat laporan MDGs. Pemerintah Indonesia melaksanakannya dibawah koordinasi Bappenas dibantu dengan Kelompok Kerja PBB dan telah menyelesaikan laporan MDG pertamanya yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan rasa kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut. Laporan Sasaran Pembangunan Milenium ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk menginventarisasi situasi pembangunan manusia yang terkait dengan pencapaian sasaran MDGs, mengukur, dan menganalisa kemajuan seiring dengan upaya menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi kenyataan, sekaligus mengidenifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran-sasaran ini. Dengan tujuan utama mengurangi jumlah orang dengan pendapatan dibawah upah minimum regional antara tahun 1990 dan 2015, Laporan ini menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam jalur untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang.[2]
Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari tahap perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) hingga pelaksanaannya.

Walaupun mengalamai kendala, namun pemerintah memiliki komitmen untuk mencapai sasaran-sasaran ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan seluruh pihak, termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan lembaga donor. Pencapaian MDGs di Indonesia akan dijadikan dasar untuk perjanjian kerjasama dan implementasinya di masa depan. Hal ini termasuk kampanye untuk perjanjian tukar guling hutang untuk negara berkembang sejalan dengan Deklarasi Jakarta mengenai MDGs di daerah Asia dan Pasifik.

Kontroversi
Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis (2016) menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.

Menurut Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Don K Marut Pemerintah Indonesia perlu menggalang solidaritas negara-negara Selatan untuk mendesak negara-negara Utara meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang, tanpa syarat dan berkualitas minimal 0,7 persen dan menolak ODA (official development assistance) yang tidak bermanfaat untuk Indonesia. Menanggapi pendapat tentang kemungkinan Indonesia gagal mencapai tujuan MDGs apabila beban mengatasi kemiskinan dan mencapai tujuan pencapaian MDG di tahun 2015 serta beban pembayaran utang diambil dari APBN di tahun 2009-2015, Sekretaris Utama Menneg PPN/Kepala Bappenas Syahrial Loetan berpendapat apabila bisa dibuktikan MDGs tidak tercapai di 2015, sebagian utang bisa dikonversi untuk bantu itu. Pada tahun 2010 hingga 2012 pemerintah dapat mengajukan renegosiasi utang. Beberapa negara maju telah berjanji dalam konsesus pembiayaan (monetary consensus) untuk memberikan bantuan. Hasil kesepakatan yang didapat adalah untuk negara maju menyisihkan sekitar 0,7 persen dari GDP mereka untuk membantu negara miskin atau negara yang pencapaiannya masih di bawah. Namun konsensus ini belum dipenuhi banyak negara, hanya sekitar 5-6 negara yang memenuhi sebagian besar ada di Skandinavia atau Belanda yang sudah sampai 0,7 persen.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

Banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan ornop dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Baik dalam hal peningkatan ketrampilan padatenaga kesehatan, pemberdayaan pada kader atau masyarakat, maupun penyusunan Peraturan Pemerintah dalam pelayanan kesehatan. Hanya saja masih dihadapi banyak kesulitan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak, sehingga angka kematian ibu masih tinggi dan masih ditemukan kematian bayi dan balita.

Yang menyebabkan sulitnya mencapai penurunan angka kematian ibu antara lain :

• penolong persalinan terlatih selama kehamilan, proses persalinan, post persalinan;
• layanan kesehatan ibu dan anak yang belum memadai;
• keterbatasan anggaran dalam kesejahteraan yang menyebabkan biaya untuk persalinan cukup mahal.

Penyebab kematian anak antara lain :
  • infeksi
  • masalah bayi baru lahir /neonatal (prematur, berat bayi lahir rendah /BBLR, asfiksia, dan sepsis)

Salah satu cara mengurangi kematian anak adalah dengan Standar Emas Makanan Bayi antara lain :
  • inisiasi menyusui dini /IMD dini dapat mengurangi perdarahan post partum dan anemia, dan mengurangi angka kematian Ibu melahirkan
  • ASI esklusif 6 bulan,
  • makanan pendamping air susu ibu /MP ASI setelah 6 bulan, makanan keluarga yang tepat waktu dan adekuat menurunkan kematian balita;
  • ASI sampai dengan 2 tahun.

Tantangan angka kematian ibu yang menyebabkan kesulitan dalam pencapaian target MDGs antara lain :
  • masih rendahnya cakupan ante-natal care /ANC dan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan karena posisi tawar perempuan;
  • penyakit infeksi dan perdarahan, termasuk yang disebabkan oleh abortus.
  • Harapan kedepannya setelah pertemuan, ornop dan pemerintah bisa bergandengan tangan dalam pencapaian target MDGs. Namun bukan hanya sebatas mencapai target akan tetapi lebih luas dalam upaya meningkatkan kualitas bangsa. Perlu kebersamaan dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Referensi
1. Badan PBB untuk Program Pembangunan: Informasi Dasar Sasaran Pembangunan Milenium
2. Situs PBB untuk Sasaran Pembangunan Milenium
3. Indonesia Progress Report on the Millenium Development Goals, 2004
4. Situs Bappenas Laporan Millenium Development Goals (MDG) Indonesia
5. Okezone: Pencapaian Target MDGs Terkendala Beban Utang
6. Kompas:Pemerintah Akan Renegosiasi Utang Untuk Capai Target MDGs
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Sasaran_Pembangunan_Milenium
8. http://perdhaki.org/content/gerakan-kesehatan-ibu-dan-anak-menuju-milenium-development-goals-mdgs

PLACENTA PREVIA



A.    DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada SBR (segmen bawah rahim) dengan menutupi sebagian/seluruh ostium uteri internum. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus.

B.     KLASIFIKASI
1.      Plasenta previa totalis
Apabila seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta
2.      Plasenta previa lateralis
Apabila hanya sebagian ostium internum tertutup oleh plasenta
3.      Plasenta previa marginalis
Apabila hanya pinggir atas ostium internum terdapat jaringan plasenta
4.      Plasenta letak rendah
Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus akan tetapi sampai menutupi ostium uteri internum

C.    ETIOLOGI
Belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa meningkat pada grande multipara, primipara tua, post aborsi, post SC, kelainan janin dan mioma uteri, juga pada keadaan endometrium kurang baik, implantasi telur yang rendah, vaskularisasi yang berkurang/perubahan atropi pada desidua.

D.    PATOFISIOLOGI
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu, saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai menyebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester II karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari uterus/karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihentikan/dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.

E.     GEJALA
1.      Kepala anak sangat tinggi. Gejala perdarahan awal pada umumnya hanya beberapa perdarahan bercak-bercak ringan/perdarahan tidak nyeri dan umumnya berhenti secara spontan. Gejala tersebut kadang-kadang terjadi waktu bangun tidur. biasanya perdarahan karena plasenta baru timbul setelah bulan ke 7 / tidak jarang perdarahan pervaginam baru terjadi saat inpartu
2.      Jumlah perdarahan yang terjadi sangat tergantung pada jenis plasenta previa
3.      Selain karena hal tersebut diatas juga karena ukuran panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih sering terdapat kelainan letak.


Bahaya untuk ibu :
a. Perdarahan yang hebat
b. Infeksi / sepsis
c. Emboli udara
Bahaya untuk anak :
a. Hypoksia
b. Perdarahan dan syok

F.     PEMERIKSAAN
        Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum sebab dapat menimbulkan perdarahan yang hebat dan membahayakan.
1.      Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk PAP. Apabila presentasi kepala masih terapung diatas PAP atau menjorok kesamping dan sukar untuk didorong kedalam PAP. Tidak jarang terdapat kelainan latak janin, seperti latak sungsang atau lintang.
2.      Pemeriksaan kornices (penentuan letak plasenta secara langsung)
Pemeriksaan ini sementara boleh dilakukan dengan hati-hati jika ruang kepala dan sutura-suturanya dapat teraba dengan mudah, maka kemungkinan plasenta besar sekali. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala karena pada letak sungsang, bagian depan lunak sehingga sukar membedakannya dengan jaringan lunak.
3.      Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau kelainan servik dan vagina saeperti orisioporsionis uteri, carsinoma persionisi uteri, polipus servitis uteri, varices vulva dan trauma. apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
4.      Pemeriksaan melalui kanalis servikalis
Apabila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan kedalam kanalis servikalis, dengan tujuan kalau – kalau meraba kotiledon plasenta. Apabial kotiledon plasenta teraba, segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis cervikalis. jangan sekali-kali berusaha menyusuri pinggir plasenta akan terlepas dari insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan banyak.
5.      Pemeriksaan letak plasenta tidak langsung
Penentuan letak plasenta secara langsung dapat dilakukan dengan radiografi, pada dioisotopi masih diharapkan pada bahaya radiasi yang cukup tinggi pula, sehingga cara-cara ini mulai ditinggalkan.
6.      USG
Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan rasa nyeri. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta dari jarak tepi plasenta terhadap ostium,. Bla jarak tepi tersebut kurang dari 5 cm ( < 5 cm ) disebut plasenta letak rendah.

G.    KOMPLIKASI
Pada ibu dapat terjadi perdarahan plasentatis dan endometriosis pasca persalinan. Pada janin bisa terjadi persalinan prematur dan komplikasinya seperti asfiksia berat.

H.    DIAGNOSA
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya adalah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan ini salah.

I.       DIAGNOSIS BANDING
Kelainan lokal seperti kanker serviks / polip serviks.
PERBEDAAN PLASENTA PREVIA DAN SOLUSIO PLASENTA
Faktor Perbedaan
Plasenta Previa
Solutio Plasenta
1.      Timbulnya


2.      Rasa sakit

3.      Perdarahan

4.      Fundus Uteri

5.      Keadaan Umum


6.      Bagian terendah anak
7.      Bagian-bagian anak

8.      DJA
9.      Darah yang keluar

Dapat sekonyong-konyong, tidak usah diikuti his
Tidak ada ( khas)

Banyak, dimulai sedikit-sedikit
Uterus lemas

Sesuai dengan jumlah perdarahan, pasien tegang
Masih tinggi/kelainan
Mudah diraba, biasa terdengar
Biasanya terdengar
Merah segar
Sekonyong-konyong diikuti his

Hebat terutama jenis “Concoaled”
Banyak/sedikit

Meninggi pada jenis concoaled dan tegang
Tidak sesuai dengan jumlah perdarahan, pasien gelisah
Sudah turun dalam inlet
Sukar diraba

Biasanya tidak terdengar
Merah kehitaman

J.      TERAPI
Pengabatan plasenta previa dapat dibagi menjadi 2 golongan :
A.                Terapi aktif ( Aktife threathment ) / tindakan segera.
1.      Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yag aktif tanpa memandang maturitas janin.
2.      Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut.



Syarat – syarat terapi aktif :
1.          Kehamilan 36 minggu / > 37 minggu, taksiran BB anak kira – kira 2500 gram.
2.          Janin telah meninggal / terdapat anomali kongenital mayor ( misal ansepali )
3.          Keadaan ibu dan anak buruk
4.          Perdarahan banyak
5.          Perdarahan bagian terbawah janin, telah jauh melewati PAP ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar. Infus / tranfusi terpasang, kamar oprasi dan tim telah siap.
Keadan umum ibu baik dan perdarahan sudah terhenti / sedikit sekali. Terapi ini dibenarkan dengan alasan :
1.          Pedarahan pertama pada plasenta previa jarang total
2.          untuk mrenurunkan kematian janin karena prematuritas.

Syarat – syarat terapi ekspektatif :
1.          Pengawasan istimewa terhadap perdarahan pervaginam, nadi, TD dan bunyi jantung anak.
2.          Sediakan 1000 ml, untuk sewaktu – waktu dapat digunakan.
3.          Penderita rawat inap dengan tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.
4.          puasakan penderita 24 jam pertama sebagai pesiapan kemungkinan operasi mendadak.
5.          Perbaiki dehidrasi dengan infus glukose 5% / anemi dengan tranfusi darah.
6.          lakukan pengawasan HB secara berkala / HT dan leukosit.
7.          Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui, implantsi plasenta usia kehamilan, biofisisk, letak dan presentasi janin.
8.          Plasentagrafi dengan “ Soft Tissue Technique “ apabila kehamilan lebih dari 32 minggu.
9.          pemeriksaan inspekulo untuk meyakinkan bahwa perdarahan bukan berasal dari kelainan atau trauma genetalia eksterna.
10.      Lakukan peragaan fornices untuk lebih meyakinkan adanya plasenta previa.
11.      Selama tidak terjadi hal-hal yang istimewa, perawatan direncanakan sampai kehamilan 36 minggu / taksiran berat.

Pelaksanaan terapi aktif
1.          Siapkan kamar operasi untuk pemeriksaan kedalam ostium oteri dan tindakan operasi berikutnya.
2.          Ambil contoh darah sambil memasang infus dextrose 5 % / persisten tergantung keadaan penderita.
3.          Sediakan darah 1000-2000 ml.
4.          Periksa HB,HT bila mungkin alat observasi.
5.          Pengawasan istimewa  terhadap bunyi jantung anak.
6.          Penyelesaian persalinan.
Cara penyelesaian persalinan dengan plasenta previa, adalah :
1.          Sectio Caesaria
Dengan maksud pengosongan rahim sehingga rahim dapat mengadakan retraksi dan menghentikan perdarahan. Selain itu juga mencegah terjadinya robekan cerviks.
2.          Cara vaginal
Dengan maksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka ( tampon pada plasenta ).
Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
− Amniotomi dan Akselerasi
− Versi brakston hiks
− Traksi dengan cunam willet.

B.     Terapi ekspektatif ( Terapi penunggu )
Yaitu kalau janin masih kecil hingga kemungkinan hidup didunia luar bayinya kecil sekali. Pengobatan ini diharapkan supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Cara ini hanya dapat dibenarkan kalau anak yang dikandung 2000 gram.